Apakah ganja merupakan zat “pembuka jalan”?
Penggunaan alkohol, tembakau, dan ganja cenderung terjadi sebelum penggunaan zat lainnya. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa paparan dini terhadap zat adiktif, termasuk THC, dapat merubah cara otak merespon zat lainnya. Contohnya, ketika tikus lab diberikan THC terus menerus ketika masih muda, tikus tersebut menunjukkan peningkatan respon terhadap zat adiktif lainnya – seperti morfin atau nikotin – pada wilayah otak yang mengendalikan sistem penghargaan, dan tikus tersebut menunjukkan perilaku seperti kecanduan.
Meskipun hasil penelitian ini mendukung gagasan bahwa ganja merupakan “zat pembuka jalan”, sebagian besar pengguna ganja tidak lanjut menggunakan zat lain yang “lebih keras”. Hal yang perlu diperhatikan adalah faktor-faktor selain mekanisme biologis, seperti lingkungan sosial seseorang, juga berperan penting terhadap penggunaan NAPZA dan adiksi. Baca lebih lanjut mengenai ganja sebagai “zat pembuka jalan” di “Marijuana Research Report”.
Apakah seseorang bisa mengalami overdosis ganja?
- • overdosis terjadi ketika seseorang menggunakan ganja dalam jumlah cukup untuk mengakibatkan gejala yang mengancam nyawa ataupun kematian.
- • Tidak ada laporan tentang remaja ataupun orang dewasa yang meninggal akibat mengonsumsi ganja saja.
- • Sejumlah pengguna ganja merasakan sejumlah efek samping yang sangat tidak nyaman, terutama ketika menggunakan produk ganja dengan kadar THC tinggi.
- • Gejala yang dilaporkan: kecemasan, paranoia dan, jarang terjadi, reaksi psikotik ekstrim (mencakup delusi dan halusinasi).
- • Petugas IGD melaporkan peningkatan kasus IGD untuk ganja yang dapat dimakan.
- • Sejumlah orang (khususnya pra-remaja dan remaja) tidak mengetahui bahwa tubuh membutuhkan waktu lebih lama untuk merasakan efek ganja ketika dimakan dibandingkan ketika dihisap sehingga mereka mengonsumsi ganja yang dapat dimakan dalam jumlah lebih untuk mendapatkan efek “high” lebih cepat.
—————————–
Sumber : https://nida.nih.gov/publications/drugfacts/cannabis-marijuana

