Osteoporosis and HIV Infection
Emmanuel Biver
Abstrak
Harapan hidup orang dengan HIV (ODHIV) hampir mendekati harapan hidup populasi yang tidak terinfeksi HIV. Hasilnya, komorbiditas terkait usia, termasuk osteoporosis, meningkat pada ODHIV.
Tinjauan naratif ini menjelaskan tentang epidemiologi kerapuhan tulang pada ODHIV, perubahan fitur tulang selama infeksi HIV dan faktor-faktor penentunya, serta bukti yang tersedia mengenai manajemen osteoporosis pada ODHIV.
Risiko patah tulang menjadi lebih tinggi dan meningkat sekitar 10 tahun lebih awal dibandingkan dengan populasi umum. Faktor risiko klasik kerapuhan tulang sangat luas dan merupakan determinan utama kesehatan tulang pada populasi ini. Sebagian besar kasus kerapuhan tulang terjadi selama replika virus dan selama rekonstitusi sistem imunitas pada saat inisiasi ART, dimana keduanya meningkatkan aktivitas osteoklas.
Abnormalitas dalam pembentukan dan mineralisasi tulang juga dibuktikan dalam penelitian histomorfometrik pada ODHIV yang tidak menjalani pengobatan. Pengukuran bone mineral density (BMD) merupakan alat lini pertama untuk menilai risiko patah tulang pada wanita pasca menopause, pria berusia di atas 50 tahun, dan pasien terinfeksi HIV dengan faktor risiko klinis osteoporosis. FRAX meremehkan kemungkinan patah tulang pada ODHIV.
Jika terdapat indikasi untuk pemberian obat anti-osteoporosis, bifosfonat tetap menjadi pilihan rujukan. Suplemen kalsium dan vitamin D harus dipertimbangkan saat inisiasi ART, karena dapat mengurangi kerapuhan tulang pada tahap ini. Rejimen ART yang melindungi tulang meningkatkan BMD dibandingkan dengan rejimen lainnya, namun pada tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan bifosfonat, dan tanpa ketersediaan data tentang pengaruhnya terhadap kejadian patah tulang.
Tautan ke artikel lengkap: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35098324/
Kalimat Kutipan:
Biver E. Osteoporosis and HIV Infection. Calcif Tissue Int. 2022 May;110(5):624-640. doi: 10.1007/s00223-022-00946-4. Epub 2022 Jan 30. PMID: 35098324; PMCID: PMC9013331.

