Laporan Penelitian Adiksi Pada Wanita: Penggunaan Narkoba Selama Kehamilan dan Menyusui (Seri 3)

Laporan Penelitian: Penyalahgunaan Narkoba pada Wanita

Seri 3: Penyalahgunaan Narkoba Ketika Hamil dan Menyusui

Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi tembakau, alkohol, atau zat ilegal, atau penyalahgunaan obat resep oleh wanita hamil dapat menimbulkan efek buruk bagi kesehatan bayi. Hal tersebut terjadi karena banyak jenis zat (narkoba) yang mengalir melalui plasenta, jadi narkoba yang digunakan oleh wanita hamil juga sampai ke janin. Penelitian terkini menunjukkan bahwa merokok tembakau atau ganja, mengonsumsi pereda nyeri resep, atau menggunakan zat ilegal selama kehamilan dikaitkan dengan peningkatan risiko lahir mati dua sampai tiga kali lipat. Estimasi menunjukkan bahwa sekitar 5% wanita hamil menggunakan satu atau lebih zat adiktif.

Penggunaan narkoba yang rutin dapat menyebabkan sindrom abstinens neonatal (neonatal abstinence syndrome; NAS), dimana bayi baru lahir melalui gejala putus obat saat lahir. Kebanyakan penelitian adiksi fokus pada efek opioid (pereda nyeri resep atau heroin). Namun, data menunjukkan bahwa penggunaan alkohol, barbiturat, benzodiazepin, dan kafein selama kehamilan juga dapat menyebabkan bayi baru lahir menunjukkan gejala putus obat saat lahir. Jenis dan keparahan gejala tersebut pada bayi baru lahir bergantung pada narkoba yang digunakan, seberapa lama dan seberapa sering sang ibu menggunakan narkoba, cara tubuh sang ibu memecah narkoba tersebut, dan apakah sang bayi lahir cukup bulan atau prematur.

Gejala putus obat pada bayi baru lahir dapat muncul segera atau 14 hari setelah lahir dimana bayi tersebut menunjukkan hal-hal berikut:

  • Warna kulit bercak-bercak
  • Diare
  • Menangis berlebihan atau melengking
  • Refleks mengisap abnormal
  • Demam
  • Refleks hiperaktif
  • Peningkatan tonus otot
  • Mudah tersinggung
  • Susah makan
  • Pernapasan cepat
  • Kejang
  • Gangguan tidur
  • Berat badan lambat
  • Hidung tersumbat dan bersin
  • Berkeringat
  • Gemetar
  • Muntah

Efek penggunaan sejumlah narkoba dapat bersifat jangka panjang dan kemungkinan fatal bagi bayi:

  • Cacat lahir
  • berat badan lahir rendah
  • kelahiran prematur
  • lingkar kepala kecil
  • sindrom kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome; SIDS)

Risiko lahir mati dari penggunaan narkoba saat hamil

  • Penggunaan tembakau—risiko lahir mati 1,8 hingga 2,8 kali lebih besar, dengan risiko tertinggi ditemukan pada perokok berat.
  • Penggunaan ganja—risiko lahir mati 2,3 kali lebih besar
  • Bukti penggunaan stimulan, ganja, atau obat pereda nyeri resep—risiko lahir mati 2,2 kali lebih besar
  • Paparan pasif terhadap tembakau—risiko lahir mati 2,1 kali lebih besar

Sumber: Tobacco, drug use in pregnancy, 2013

Risiko SIDS

Anak yang terlahir dari ibu yang mabuk dan merokok setelah trimester pertama kehamilan memiliki peningkatan risiko 12x lipat mengalami SIDS dibandingkan dengan anak yang tidak terpapar atau hanya terpapar di trimester pertama kehamilan. Informasi baru dari studi Safe Passage yang didanai oleh NIH menyerukan pesan kesehatan masyarakat yang lebih kuat mengenai bahaya merokok dan minum alkohol selama kehamilan.

Narkoba Terlarang

  1. Ganja

Lebih banyak penelitian diperlukan untuk menilai cara penggunaan ganja selama kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan bayi, mengingat adanya perubahan kebijakan mengenai akses terhadap ganja, peningkatan signifikan pada jumlah wanita hamil yang mencari pengobatan gangguan penyalahgunaan narkoba untuk penggunaan ganja, serta efek pengganggu dari penggunaan banyak jenis narkoba. Sebuah pendapat di tahun 2017 yang diterbitkan oleh the American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG) menunjukkan bahwa efek ganja pada pertumbuhan janin (misalnya, berat badan dan panjang badan lahir rendah) lebih terasa pada wanita yang mengonsumsi ganja secara rutin, terutama pada trimester pertama dan kedua. ACOG merekomendasikan agar wanita hamil atau wanita yang berencana untuk hamil perlu didukung untuk menghentikan penggunaan ganja untuk tujuan pengobatan dan beralih ke pengobatan alternatif yang lebih aman untuk wanita hamil.

Penelitian terkini menunjukkan bahwa penggunaan ganja meningkat lebih dari 2x lipat pada wanita hamil di AS dari tahun 2010 – 2017. Penggunaan ganja lebih sering dilakukan selama trimester pertama dibandingkan selama trimester kedua dan ketiga. Antara tahun 2002 – 2003 dan  2016 – 2017, riwayat penggunaan ganja satu bulan yang lalu mengalami peningkatan dari 3,4% menjadi 7% pada wanita hamil secara keseluruhan dan dari 5,7% menjadi 12,1% selama trimester pertama. Penelitian tersebut mengumpulkan informasi dari 467.100 wanita berusia 12 – 44 tahun yang berpartisipasi dalam the National Survey on Drug Use and Health (NSDUH). Para peneliti tersebut menyimpulkan bahwa penggunaan-ganja-yang-direkomendasikan-dokter-dalam-sebulan-terakhir rendah di kalangan wanita yang tidak hamil, yang mungkin mencerminkan rekomendasi ACOG.

Tidak ada penelitian pada manusia yang menghubungkan penggunaan ganja dengan kemungkinan keguguran, meskipun penelitian pada hewan mengindikasikan bahwa  risiko keguguran meningkat ketika ganja dikonsumsi lebih awal di masa kehamilan. sejumlah hubungan  ditemukan antara penggunaan ganja selama kehamilan  dan gangguan hiperaktivitas serta perkembangan di masa depan pada anak-anak. Terdapat bukti yang kuat, dari hubungan statistik, antara merokok ganja pada wanita hamil dengan berat lahir rendah. para peneliti berteori bahwa peningkatan kadar karbondioksida dapat menghambat perkembangan janin dari wanita yang mengonsumsi ganja selama kehamilan. bukti yang ada beragam terkait dengan kelahiran premature, meskipun sejumlah bukti menunjukkan bahwa penggunaan jangka panjang dapat meningkatkan risiko tersebut. Mengingat potensi ganja yang memberikan dampak negatif terhadap otak yang sedang berkembang, ACOG merekomendasikan  agar dokter kandungan memberikan konseling bagi pasien wanitanya untuk tidak mengonsumsi ganja ketika berencana hamil, selama kehamilan, maupun ketika menyusui.

Sejumlah wanita melaporkan menggunakan ganja untuk mengobati rasa mual yang diakibatkan oleh kehamilan mereka; namun demikian, tidak ada penelitian yang mendukung bahwa praktik tersebut aman, dan umumnya tidak direkomendasikan. Wanita yang berpikir untuk menggunakan ganja selama kehamilan untuk alasan pengobatan sebaiknya tidak melakukan hal tersebut tanpa berkonsultasi dengan dokter mereka. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa konsentrasi sedang THC, ketika diberikan pada hewan yang hamil atau menyusui, dapat memberikan efek jangka panjang pada anak, termasuk peningkatan respon stres dan pola interaksi sosial yang abnormal. Penelitian pada hewan juga menunjukkan adanya defisit kemampuan belajar pada hewan yang terpapar ganja sebelum lahir.

Penelitian pada manusia telah menunjukkan bahwa sejumlah bayi yang terlahir dari ibu yang mengonsumsi ganja selama kehamilan menunjukkan perubahan respons terhadap stimulus visual, gemetar, dan tangisan bernada tinggi, yang mengindikasikan adanya masalah dengan perkembangan neurologis. Di sekolah, anak-anak yang terpapar dengan ganja cenderung menunjukkan kesenjangan dalam keterampilan memecahkan masalah, memori, dan kemampuan untuk tetap atentif. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memisahkan efek khusus ganja dari efek faktor lingkungan lain yang dapat dikaitkan dengan penggunaan ganja oleh seorang ibu, seperti lingkungan rumah yang buruk atau si ibu menggunakan narkoba lainnya.

Paparan ganja prenatal juga dikaitkan dengan peningkatan kecenderungan seseorang menggunakan ganja saat mencapai usia dewasa muda, bahkan ketika faktor lainnya yang mempengaruhi penggunaan narkoba juga dipertimbangkan. Informasi lebih lanjut mengenai penggunaan ganja saat kehamilan dapat dilihat di NIDA’s Marijuana Research Report (https://nida.nih.gov/research-topics/cannabis-marijuana). Penelitian lebih lanjut juga diperlukan, namun untuk saat ini, FDA merekomendasikan bahwa  wanita hamil dilarang menggunakan produk vaping jenis apapun, apa pun zatnya.

Meskipun telah dilakukan berbagai survei, jumlah pasti wanita yang menggunakan ganja ketika hamil masih belum jelas. Satu penelitian menemukan bahwa wanita sekitar dua kali lebih mungkin menunjukkan hasil positif menggunakan ganja melalui tes urin dibandingkan melalui pengakuan diri. Hal ini menunjukkan bahwa angka penggunaan ganja yang dilaporkan sendiri oleh wanita hamil bukan ukuran akurat penggunaan ganja dan mungkin merupakan perkiraan yang terlalu rendah.

Sangat sedikit yang diketahui mengenai penggunaan ganja dan menyusui. Satu penelitian menunjukkan bahwa jumlah sedang THC sedang masuk ke ASI ketika ibu menyusui menggunakan ganja. Sejumlah bukti ilmiah menunjukkan bahwa paparan terhadap THC melalui ASI di bulan pertama kehidupan dapat mengakibatkan penurunan perkembangan motorik di usia pertama. Belum ada penelitian yang menentukan apakah paparan THC selama menyusui berkaitan dengan efek di kemudian hari dalam kehidupan seorang anak. Dengan penggunaan rutin, THC dapat terakumulasi dalam ASI hingga mencapai konsentrasi tinggi. Karena otak bayi masih berkembang, THC yang dikonsumsi melalui ASI dapat mempengaruhi perkembangan otak. Mengingat semua ketidakpastian yang ada, ibu menyusui disarankan untuk tidak menggunakan ganja.      Wanita yang menggunakan ganja untuk alasan medis harus lebih aktif dan waspada dalam mengordinasikan perawatan antara dokter yang merekomendasikan penggunaan ganja mereka untuk alasan medis dengan dokter anak yang merawata bayi mereka.

  • Stimulan (kokain dan metamfetamin)

Masih belum diketahui dengan pasti bagaimana penggunaan kokain pada wanita hamil mempengaruhi janin yang dikandungnya, karena wanita pengguna kokain cenderung menggunakan zat lainnya seperti alkohol, memiliki gizi yang buruk, atau tidak mencari layanan prenatal. Seluruh faktor tersebut dapat mempengaruhi perkembangan janin sehingga sulit untuk menentukan efek kokain.

Namun, penelitian menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan kokain berisiko tinggi mengalami migraine dan kejang selama kehamilan, pecah ketuban prematur, dan lepas plasenta (terlepasnya lapisan plasenta dari uterus). Kehamilan disertain dengan perubahan kardiovaskular yang normal, dan penggunaan kokain memperburuk perubahan tersebut – terkadang mengakibatkan masalah serius berupa tekanan darah tinggi (krisis hipertensif), keguguran spontan, persalinan prematur, dan persalinan yang sulit. Bayi yang terlahir dari Ibu yang menggunakan kokain selama kehamilan dapat memiliki berat badan lahir rendah lingkar kepala yang kecil, dan panjang tubuh yang lebih pendek dibandingkan dengan bayi yang terlahir dari ibu yang tidak menggunakan kokain. Mereka juga menunjukkan gejala mudah tersinggung, hiperaktivitas, tremor, tangisan bernada tinggi, serta gerakan mengisap yang berlebihaan saat lahir. Gejala-gejala tersebut mungkin disebabkan oleh efek kokain itu sendiri, bukan karena putus obat, karena kokain dan metabolitnya masih ada dalam tubuh bayi hingga 5 – 7 hari setelah melahirkan. Diperkirakan bahwa ada sekitar 750.000 kehamilan yang terpapar kokain setiap tahunnya.

Wanita hamil yang menggunakan metamfetamin berisiko tinggi mengalami preeklamsia (tekanan darah tinggi dan kemungkinan mengalami kerusakan organ), persalinan prematur, dan lepas plasenta. Bayi mereka cenderung lebih kecil dan memiliki berat badan lahir rendah. Dalam sebuah studi longitudinal berskala besar yang meneliti anak-anak yang terpapar metamfetamin, anak-anak tersebut mengalami peningkatan reaktivitas emosi dan depresi/kecemasan, mengalami gejala putus obat yang lebih serius, dan memiliki masalah dengan atensi, serta menunjukkan masalah kognitif yang dapat mengakibatkan rendahnya pencapaian akademik.

  • MDMA (ekstasi, molly)

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui efek penggunaan MDMA selama kehamilan. penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa paparan MDMA prenatal dapat mengakibatkan masalah dalam belajar, memori, dan motorik pada bayi.

  • Heroin

Penggunaan heroin selama kehamilan dapat mengakibatkan sindrom abstinens neonatal (neonatal abstinence syndrome; NAS), khususnya berkaitan dengan penggunaan opioid. NAS terjadi ketika heroin melewati plasenta untuk mencapai janin selama kehamilan, menyebabkan bayi menjadi bergantung pada opioid. Gejalanya mencakup menangis berlebihan dan bernada tinggi, mudah tersinggung, kejang, masalah pencernaan, dan lainnya.

Obat-obatan

  • Obat resep dan obat yang dijual bebas

Kehamilan bisa menjadi masa yang membingungkan bagi wanita dimana mereka dihadapkan dengan banyak pilihan obat-obatan legal, seperti tembakau dan alkohol, serta obat resep dan obat yang dijual bebas (over-the-counter; OTC) yang dapat mempengaruhi perkembangan janin. Isu ini sulit diteliti oleh para ilmuwan karena mereka tidak dapat memberikan obat-obat yang berpotensi berbahaya kepada wanita hamil. Berikut ini merupakan sejumlah fakta yang diketahui mengenai obat-obatan populer dan kehamilan:

Terdapat lebih dari 6 juta kehamilan di AS setiap tahun, dan sekitar 9 dari 10 wanita hamil minum obat-obatan. FDA mengeluarkan peraturan mengenai pelabelan obat untuk memberikan instruksi yang jelas bagi wanita hamil dan menyusui, diskusi mengenai data yang mendukung kesimpulan, serta informasi lainnya untuk membantu pemberi resep membuat keputusan yang aman bagi wanita hamil.

Meskipun demikian, hanya sedikit yang diketahui mengenai efek dari penggunaan sebagian besar obat selama kehamilan. kurang dari 10% memiliki informasi yang cukup untuk menentukan risiko terhadap janin. Hal ini terjadi karena wanita hamil sering tidak dilibatkan dalam penelitian-penelitian untuk menentukan keamanan obat baru sebelum obat tersebut dipasarkan. Satu penelitian menunjukkan bahwa penggunaan opioid resep kerja pendek seperti oksikodon selama kehamilan, khususnya ketika dikombinasikan dengan tembakau dan/atau obat antidepresan tertentu, dikaitkan dengan peningkatan risiko NAS pada bayi.

Meskipun sejumlah obat resep dan obat OTC aman dikonsumsi selama kehamilan, wanita hamil sebaiknya berkonsultasi ke dokternya mengenai obat-obatan tersebut, serta obat herbal maupun suplemen gizi yang sedang dikonsumsi atau yang akan dikonsumsi. Hal ini akan membantu dokter menimbang risiko dan manfaat dari obat yang akan dikonsumsi selama kehamilan. Pada sejumlah kasus, dokter akan merekomendasikan untuk melanjutkan penggunaan obat tertentu, meskipun obat tersebut dapat mempengaruhi janin. Penghentian penggunaan obat secara tiba-tiba mungkin lebih berisiko bagi ibu dan janin daripada melanjutkan penggunaan obat tersebut selama dalam perawatan dokter. Hal ini juga dapat meliputi obat-obatan untuk mengobati gangguan penyalahgunaan narkoba – hal yang dibahas lebih lanjut dalam “Sex Differences in Substance Use Disorder Treatment” (https://nida.nih.gov/publications/research-reports/substance-use-in-women/sex-differences-in-substance-use-disorder-treatment).

Sejumlah obat resep dan obat OTC umumnya dapat dikonsumsi selama masa laktasi. Obat lain, seperti obat antidepresan dan anti-cemas, memiliki efek yang belum diketahui, sehingga para ibu menyusui yang menggunakan obat-obatan tersebut harus mengkonsultasikannya dengan dokter mereka sebelum menyusui. Ibu menyusui harus menghubungi dokter anak mereka jika si bayi menunjukkan reaksi berikut terhadap ASI: diare, menangis berlebihan, muntah, ruam kulit, hilang nafsu makan, atau mengantuk.

Zat Lainnya

  • Alkohol

Konsumsi alkohol selama kehamilan dapat mengakibatkan gangguan spektrum alkohol pada janin (Fetal Alcohol Spectrum Disorders; FASD), istilah umum yang meliputi Sindrom Alkohol Janin (fetal alcohol syndrome), Sindrom Alkohol Janin Parsial (partial fetal alcohol syndrome), gangguan perkembangan otak akibat alkohol, dan cacat lahir akibat alkohol. Efek tersebut dapat berlangsung seumur hidup, menimbulkan kesulitan dalam koordinasi gerak motorik, pengendalian emosi, tugas sekolah, sosialisasi, dan mempertahankan pekerjaan. Infomasi lebih lanjut dapat ditemukan di laman the NIAAA Fetal Alcohol Exposure (https://www.niaaa.nih.gov/publications/brochures-and-fact-sheets/understanding-fetal-alcohol-spectrum-disorders).

Paparan alkohol pada janin terjadi ketika seorang wanita mengonsumsi alkohol ketika hamil. Alkohol dapat menganggu perkembangan janin di setiap tahap selama kehamilan – termasuk tahap-tahap awal sebelum seorang wanita tahu bahwa dirinya hamil.

Terdapat penelitian berskala kecil yang sedang berjalan mengenai bagaimana konsumsi alkohol dari ibu menyusui mempengaruhi bayi yang disusuinya. Hal yang dibuktikan oleh ilmu pengetahuan adalah, bertentangan dengan kepercayaan masyarakat, alkohol tidak meningkatkan produksi ASI seorang wanita, dan alkohol dapat mengganggu siklus tidur anak yang disusui. The American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar konsumsi alkohol diminimalkan selama masa menyusui dan asupan harian dibatasi tidak lebih dari 50mL minuman keras, 230mL anggur, atau dua gelas bir rata-rata untuk wanita dengan berat badan 60 kg. Dalam hal ini, kegiatan menyusui sebaiknya dilakukan sedikitnya dua jam setelah mengonsumsi alkohol agar kadarnya dalam tubuh ibu maupun ASI berkurang ataupun hilang. Hal ini dapat meminimalkan jumlah alkohol yang disalurkan ke bayi.

  • Nikotin (Produk Tembakau dan Rokok Elektrik)

Hampir 10% wanita hamil di AS merokok dalam sebulan terakhir. Karbon monoksida dan nikotin dari asap tembakau dapat mengganggu suplai oksigen ke janin. Nikotin juga mudah melewati plasenta, dan konsentrasi zat tersebut dalam darah janin bisa mencapai 15% lebih tinggi daripada dalam darah sang ibu. Merokok selama kehamilan meningkatkan risiko cacat lahir tertentu, kelahiran prematur, keguguran, dan berat badan lahir rendah dan diperkirakan telah menyebabkan lebih dari 1.000 kematian bayi setiap tahun. Bayi baru lahir dari ibu perokok juga menunjukkan tanda-tanda stres dan putus obat yang konsisten dengan apa yang telah dilaporkan pada bayi yang terpapar narkoba lain. Dalam beberapa kasus, merokok selama kehamilan dapat dikaitkan dengan sindrom kematian bayi mendadak (sudden infant death syndrome; SIDS), serta masalah belajar dan perilaku serta peningkatan risiko obesitas pada anak-anak. Selain itu, merokok lebih dari satu bungkus sehari selama kehamilan hampir menggandakan risiko anak yang terpapar akan menjadi kecanduan tembakau jika anak itu mulai merokok. Bahkan paparan asap rokok secara tidak langsung oleh seorang ibu dapat menyebabkan masalah; paparan tersebut dikaitkan dengan kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah, sebagai contoh.

Penelitian menunjukkan bukti kuat bahwa nikotin merupakan zat yang menjadi gerbang masuk bagi narkoba lainnya, membuat otak lebih sensitif terhadap narkoba lainnya, seperti kokain. Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengonsumsi nikotin dapat mempengarui otak janin mereka dengan cara yang tak terduga. Selain itu, rokok elektrik seringkali mengandung nikotin. Oleh karenanya, produk-produk tersebut dapat memiliki risiko berbahaya bagi kesehatan janin. Penelitian lebih lanjut diperlukan terkait hal tersebut, namun untuk saat ini, FDA merekomendasikan agar wanita hamil tidak menggunakan produk vaping, apa pun kandungannya.

Serupa halnya dengan wanita hamil, ibu menyusui juga disarankan untuk tidak mengonsumsi nikotin. Ibu baru yang merokok perlu menyadari bahwa nikotin dapat masuk melalui ASI, sehingga penggunaan tembakau dapat memengaruhi perkembangan otak dan tubuh bayi—meskipun ibu tidak pernah merokok di dekat bayi. Terdapat pula bukti bahwa ASI dari ibu yang merokok berbau dan mungkin terasa seperti rokok. Belum jelas apakah hal ini akan membuat anak-anak yang terpapar tembakau lebih tertarik pada rasa/aroma tembakau di kemudian hari.

Asap Rokok Pasif

Bayi baru lahir yang terpapar asap rokok pasif berisiko tinggi mengalami SIDS, penyakit saluran pernapasan (asma, infeksi saluran pernapasan, dan bronkitis), infeksi telinga, gigi berlubang, dan peningkatan kunjungan medis serta rawat inap. Jika seorang wanita merokok dan berencana untuk hamil, waktu yang tepat untuk mencari bantuan berhenti merokok adalah sebelum ia hamil.

Tautan ke artikel asli:

  1. https://nida.nih.gov/publications/research-reports/substance-use-in-women/substance-use-while-pregnant-breastfeeding     

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *