Gangguan Stres Pasca Kejadian Trauma(Post-Traumatic Stress Disorder; PTSD)

Apa yang dimaksud dengan PTSD?

Perasaan takut selama dan setelah situasi traumatis merupakan hal yang alami. Rasa takut merupakan bagian dari respon tubuh “lawan atau lari”, yang membantu kita menghindari atau merespon potensi bahaya. Orang mungkin mengalami beragam reaksi setelah trauma, dan sebagian besar akan pulih dari gejalanya sejalan dengan waktu. Mereka yang terus mengalami gejala pasca kejadian trauma mungkin mengalami PTSD.

Siapa yang bisa mengalami PTSD?

Setiap orang dapat mengalami PTSD di usia berapapun. Hal ini mencakup veteran perang dan mereka yang mengalami atau menyaksikan serangan fisik atau seksual, pelecehan, kecelakaan, bencana, serangan teror, atau kejadian traumatis lainnya. Orang yang mengalami PTSD mungkin merasa stres atau takut, bahkan ketika mereka tidak lagi berada dalam bahaya.

Tidak setiap orang dengan PTSD pernah melalui kejadian berbahaya. Terkadang, mengetahui bahwa kerabat atau teman dekat mengalami trauma dapat menyebabkan PTSD.

Sekitar 6 dari setiap 100 orang akan mengalami PTSD di satu waktu dalam hidupnya, menurut The National Center for PTSD, U.S. Department of Veterans Affairs program. Wanita lebih cenderung mengalami PTSD dibandingkan pria. Sejumlah aspek tertentu dari kejadian traumatis dan faktor biologis (seperti gen) dapat membuat sejumlah orang cenderung mengalami PTSD.

Apa saja gejala PTSD?

Gejala PTSD biasanya dimulai dalam kurun waktu 3 bulan dari kejadian traumatis, namun gejala tersebut juga dapat muncul lebih lama dari waktu tersebut. Untuk memenuhi kriteria PTSD, seseorang harus mengalami gejalanya selama lebih dari 1 bulan, dan gejalanya harus sangat berat sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari, seperti hubungan sosial atau pekerjaan. Gejala tersebut juga tidak terkait dengan pengobatan yang sedang berjalan, penggunaan narkoba, atau penyakit lainnya.

Durasi gangguan ini bervariasi. Sejumlah orang dapat pulih dalam periode 6 bulan, yang lainnya dapat mengalami gejala PTSD lebih lama dari 1 tahun. Orang dengan PTSD seringkali mengalami kondisi mental yang terjadi bersamaan, seperti depresi, penggunaan narkoba, atau gangguan kecemasan.

Setelah kejadian berbahaya, hal yang alami untuk mengalami sejumlah gejala. Contoh, sejumlah orang mungkin merasa terpisah dari kejadian yang dialaminya, seakan mereka mengamati kejadian yang terjadi sebagai pengamat, bukan orang yang mengalaminya. Tenaga kesehatan jiwa profesional – seperti psikiater, psikolog, atau tenaga sosial klinis – dapat menentukan apakah gejala yang dialaminya memenuhi kriteria PTSD.

Untuk terdiagnosis PTSD, orang dewasa harus memenuhi hal-hal berikut selama setidaknya 1 bulan:

  • Setidaknya 1 gejala pengalaman ulang
  • Setidaknya 1 gejala penghindaran
  • Setidaknya 2 gejala reaktivitas dan gairah
  • Setidaknya  2 gejala kognisi dan suasana hati

Gejala pengalaman ulang

  • Kilas balik – mengalami kembali peristiwa traumatis, termasuk gejala fisik, seperti jantung berdebar kencang atau berkeringat
  • Kenangan atau mimpi berulang yang berkaitan dengan peristiwa tersebut
  • Pikiran yang mengganggu
  • Tanda-tanda fisik stres

Pikiran dan perasaan dapat memicu gejala-gejala tersebut, demikian juga dengan kata-kata, obyek, atau situasi yang mengingatkan akan kejadian tersebut.

Gejala penghindaran

  • Menghindar dari tempat-tempat, kejadian, atau obyek yang mengingatkan akan kejadian tersebut.
  • Menghindari perasaan atau pikiran yang berkaitan dengan kejadian traumatis

Gejala penghindaran dapat menyebabkan orang merubah rutinitas. Contoh, sejumlah akan berusaha menghindari mengemudi atau bepergian dengan mobil setelah mengalami kecelakaan mobil yang serius.

Gejala reaktivitas dan gairah

  • Mudah terkejut
  • Merasa tegang, waspada, atau gelisah
  • Mengalami kesulitan berkonsentrasi
  • Mengalami kesulitan untuk tidur atau tetap tidur
  • Merasa mudah tersinggung dan mengalami ledakan amarah atau perilaku agresif
  • Terlibat dalam perilaku berisiko, ceroboh, atau merusak

Gejala gairah seringkali bersifat konstan. Gejala-gejala tersebut dapat memunculkan stres dan rasa marah serta mengganggu kehidupan sehari-hari, seperti tidur, makan, atau berkonsentrasi.

Gejala kognisi dan suasana hati

  • Kesulitan mengingat detail penting dari kejadian traumatis yang dialaminya
  • Pikiran negatif tentang diri sendiri atau dunia
  • Perasaan menyalahkan diri sendiri atau orang lain yang berlebihan
  • Emosi negatif yang berkelanjutan, seperti rasa takut, marah, bersalah, atau malu
  • Kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya disukai
  • Perasaan terisolasi secara sosial
  • Kesulitan merasakan emosi positif, seperti kebahagiaan atau kepuasan

Gejala kognisi dan suasana hati dapat terjadi atau memburuk setelah kejadian traumatis. Gejala tersebut dapat membuat orang merasa terpisah dari anggota keluarga atau teman.

Bagaimana anak-anak dan remaja bereaksi terhadap trauma?

Anak-anak dan remaja dapat bereaksi secara ekstrim terhadap kejadian traumatis, namun gejala yang mereka alami dapat berbeda dari gejala yang terlihat pada orang dewasa. Pada anak-anak berusia kurang dari 6 tahun, gejalanya dapat mencakup:

  • Mengompol, dimana biasanya menggunakan toilet.
  • Lupa cara berbicara atau tidak dapat berbicara
  • Memainkan kejadian menakutkan yang dialaminya saat bermain
  • Menjadi sangat manja dan selalu ingin dekat dengan orangtua atau orang dewasa lainnya

Anak-anak yang lebih tua dan remaja biasanya menunjukkan gejala yang serupa dengan yang dialami orang dewasa. Mereka juga mungkin mengembangkan perilaku yang mengganggu, tidak sopan, atau merusak. Mereka biasanya merasa bersalah karena tidak dapat mencegah cedera atau kematian yang terjadi, atau memiliki pikiran untuk balas dendam.

Temukan informasi lebih lanjut mengenai cara membantu anak-anak dan remaja dalam mengatasi kejadian traumatis di website NIMH: Helping Children and Adolescents Cope With Traumatic Events

Mengapa ada orang yang mengalami PTSD dan yang lainnya tidak?

Tidak setiap orang yang mengalami kejadian traumatis akan mengalami PTSD – banyak faktor yang mempengaruhi. Sejumlah faktor tersebut mungkin sudah ada sebelum trauma terjadi; sedangkan faktor-faktor lainnya muncul ketika dan setelah kejadian traumatis.

Faktor risiko yang dapat meningkatkan kecendurangan mengalami PTSD adalah:

  • Paparan terhadap pengalaman traumatis sebelumnya, terutama selama masa kanak-kanak
  • Mengalami cedera atau menyaksikan orang lain terluka atau terbunuh
  • Merasa ngeri, tidak berdaya, atau sangat takut
  • Memiliki sedikit atau tidak ada dukungan sosial setelah kejadian traumatis
  • Menghadapi stres setelah kejadian tersebut, seperti kehilangan orang yang dicintai, rasa sakit dan cedera, atau kehilangan pekerjaan atau rumah
  • Memiliki riwayat pribadi atau riwayat keluarga terkait penyakit mental atau penyalahgunaan narkoba

Faktor ketahanan yang dapat mengurangi kecenderungan mengalami PTSD adalah:

  • Mencari dan menerima dukungan dari teman, keluarga, atau kelompok dukungan
  • Belajar untuk merasa nyaman dengan tindakan yang dilakukan sebagai bagian dari respons terhadap kejadian traumatis
  • Memiliki strategi koping untuk melewati dan belajar dari kejadian traumatis
  • Bersiap dan mampu menanggapi kejadian yang meresahkan/menyedihkan ketika terjadi, meskipun merasa takut

Bagaimana cara menangani PTSD?

Penting bagi orang dengan gejala PTSD untuk berkonsultasi dengan tenaga kesehatan mental profesional yang berpengalaman menangani PTSD. Perawatan utama untuk gangguan ini adalah psikoterapi, obat-obatan, atau kombinasi dari keduanya. Seorang tenaga kesehatan mental profesional dapat membantu orang dengan gejala PTSD merancang  rencana perawatan terbaik bagi gejala dan kebutuhan mereka.

Sejumlah orang dengan PTSD, seperti mereka yang pernah atau sedang mengalami hubungan yang penuh dengan kekerasan, dapat mengalami trauma yang berkelanjutan. Pada kasus tersebut, perawatan akan lebih efektif ketika menangani situasi traumatis dan gejala PTSD secara bersamaan. Orang yang mengalami kejadian traumatis atau dengan PTSD dapat mengalami gangguan panik, depresi, penggunaan narkoba, atau bahkan berpikir tentang bunuh diri. Perawatan untuk kondisi-kondisi tersebut dapat membantu pemulihan pasca trauma. Penelitian menunjukkan bahwa dukungan dari keluarga dan teman juga menjadi bagian penting dari proses pemulihan.

Temukan kiat-kiat untuk mempersiapkan dan mengarahkan Anda ketika berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan mengenai kesehatan mental Anda di website NIMH: https://www.nimh.nih.gov/health/publications/tips-for-talking-with-your-health-care-provider

Psikoterapi

Psikoterapi, biasa dikenal sebagai terapi bicara, meliputi beragam teknik perawatan yang digunakan oleh tenaga kesehatan mental profesional untuk membantu orang mengidentifikasi dan merubah perilaku, pikiran, dan emosi yang mengganggu. Psikoterapi dapat memberikan dukungan, edukasi, dan bimbingan bagi orang dengan PTSD dan keluarganya. Perawatan tersebut dapat berbentuk pertemuan tatap muka “one on one” atau dalam bentuk pertemuan kelompok yang biasanya berlangsung selama 6 – 12 minggu, namun dapat juga berlangsung lebih dalam dari waktu tersebut.

Sejumlah psikoterapi menargetkan gejala PTSD, sementara jenis lainnya berfokus pada masalah sosial, keluarga, atau yang berkaitan dengan pekerjaan. Psikoterapi yang efektif seringkali menekankan pada sejumlah komponen penting, seperti keterampilan belajar untuk membantu mengidentifikasi pemicu dan mengatasi gejala.

Jenis psikoterapi umum yang disebut dengan cognitive behavioral therapy (CBT) dapat mencakup terapi paparan dan restrukturisasi kognitif.

  • Terapi paparan membantu orang belajar mengatasi ketakutan mereka dengan, secara bertahap dan aman, memaparkan orang pada trauma yang mereka alami. Sebagai bagian dari terapi paparan, orang dapat berpikir atau menulis tentang trauma atau mengunjungi tempat ketika kejadian traumatis terjadi. Terapi ini dapat membantu orang dengan PTSD mengurangi gejala yang menyebabkan mereka merasa tertekan.
  • Restrukturisasi kognitif membantu orang memahami kejadian traumatis. Terkadang, orang mengingat kejadian traumatis yang telah berlalu secara berbeda dari kejadian sebenarnya, atau mereka merasa bersalah atau malu atas kejadian traumatis tersebut yang bukan salah mereka. Restrukturisasi kognitif dapat membantu orang dengan PTSD berpikir mengenai hal yang telah terjadi secara realistik.

Pelajari lebih lanjut mengenai psikoterapi di website NIMH: https://www.nimh.nih.gov/health/topics/psychotherapies (terjemahan artikel terkait: https://yayasanabhipraya.com/2025/08/06/psikoterapi/)

Obat-obatan

FDA telah menyetujui penggunaan dua jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), jenis obat antidepresan, untuk pengobatan PTSD. SSRIs membantu orang mengatasi gejala PTSD, seperti rasa sedih, khawatir, rasa marah, dan mati rasa secara emosional. Penyedia layanan kesehatan dapat meresepkan SSRIs dan obat lainnya bersamaan dengan psikoterapi. Sejumlah obat-obatan dapat membantu mengatasi gejala PTSD tertentu, seperti masalah tidur dan mimpi buruk.

Orang yang mengalami PTSD sebaiknya berkonsultasi ke penyedia layanan kesehatan untuk menemukan obat terbaik atau kombinasi obat-obatan serta dosis yang tepat. Baca lebih lanjut mengenai peringatan obat terbaru, panduan obat untuk pasien, dan informasi mengenai obat-obatan yang baru disetujui di website FDA: https://www.accessdata.fda.gov/scripts/cder/daf/index.cfm.

Bagaimana cara agar saya dapat memperoleh bantuan yang diperlukan?

Di AS, The Substance Abuse and Mental Health Services Administration (SAMHSA) menyediakan layanan pencarian pengobatan online untuk membantu warga AS menemukan layanan kesehatan mental di daerahnya (https://findtreatment.gov/).

Di Indonesia, Anda dapat mengunjungi fasilitas layanan kesehatan primer yang menyediakan layanan kesehatan mental atau berkonsultasi dengan tenaga kesehatan mental profesional, seperti psikiater atau psikolog di pusat layanan kesehatan yang terdekat dengan lokasi Anda tinggal.

Apa yang dapat saya lakukan untuk membantu diri sendiri?

Anda dapat merasa lebih baik dengan perawatan. Berikut ini adalah sejumlah hal yang dapat membantu Anda:

  • Konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan Anda mengenai pilihan pengobatan dan patuhi rencana pengobatan Anda.
  • Lakukan olahraga, meditasi, atau aktivitas lain yang membantu mengurangi stres.
  • Cobalah untuk mempertahankan rutinitas makan, olahraga, dan tidur.
  • Tetapkan tujuan yang realistis dan fokus pada apa yang dapat Anda kelola.
  • Luangkan waktu bersama teman atau kerabat yang Anda percayai dan beri tahu mereka mengenai hal-hal yang dapat memicu gejala.
  • Sadari bahwa gejala yang Anda alami akan membaik secara bertahap, bukan segera.
  • Hindari konsumsi alkohol atau narkoba.

Bagaimana saya dapat membantu orang terkasih yang mengalami PTSD?

Jika Anda kenal dengan seseorang yang mengalami PTSD, hal terpenting yang dapat Anda lakukan adalah membantu orang tersebut memperoleh diagnosis dan perawatan yang tepat. Sejumlah orang memerlukan bantuan untuk membuat janji konsultasi denga penyedia layanan kesehatan mereka; sedangkan yang lainnya dapat memperoleh manfaat dengan memiliki seseorang yang menemani mereka ketika pergi konsultasi.

Jika ada teman dekat atau kerabat didiagnosis PTSD, Anda dapat mendukung mereka untuk mematuhi rencana perawatan yang telah diberikan. Jika gejala yang mereka alami tidak membaik setelah 6 – 8 minggu, Anda dapat meminta mereka untuk membicarakan mengenai hal tersebut ke penyedia layanan kesehatan mereka. Anda juga dapat:

  • Memberikan dukungan emosional, pengertian, kesabaran, dan dorongan.
  • mempelajari tentang PTSD agar Anda dapat memahami apa yang dialami teman Anda.
  • Mendengarkan dengan seksama. Perhatikan perasaan orang tersebut dan situasi yang dapat memicu gejala PTSD.
  • Berikan pengalihan positif, seperti berjalan-jalan, bepergian, dan aktivitas lainnya.

Dimana saya bisa mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai PTSD?

The National Center for PTSD, sebuah program dari the U.S. Department of Veterans Affairs, merupakan pusat federal terkemuka untuk penelitian dan edukasi mengenai PTSD dan kejadian traumatis. Anda dapat menemukan informasi mengenai PTSD, pilihan perawatan, bantuan, serta sumber-sumber tambahan lainnya bagi keluarga, teman, dan penyedia layanan kesehatan di websitenya: https://www.ptsd.va.gov/

Apakah ada uji klinis yang meneliti PTSD?

NIMH mendukung beragam penelitian, termasuk uji klinis yang mencari cara baru untuk mencegah, mendeteksi, atau mengobati penyakit dan kondisi kesehatan mental – termasuk PTSD. Meskipun individu dapat memperoleh manfaat ketika menjadi bagian dari sebuah uji klinis, partisipan penelitian harus menyadari bahwa tujuan utama sebuah uji klinis adalah memperoleh pengetahuan ilmiah baru sehingga orang lain dapat ditolong dengan lebih baik di masa depan.

Para peneliti di NIMH dan di seluruh AS melaksanakan uji klinis yang melibatkan pasien dan relawan sehat. Konsultasikan dengan penyedia layanan kesehatan Anda mengenai uji klinis, manfaat dan risikonya, serta apakah ada uji klinis terkait yang sedang berlangsung yang diketahui oleh penyedia layanan kesehatan Anda.

Tautan ke artikel asli: https://www.nimh.nih.gov/health/publications/post-traumatic-stress-disorder-ptsd

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *